Perintah Baru, Apanya Yang Baru?

Agustus 14, 2010 pukul 8:05 pm | Ditulis dalam Uncategorized | 1 Komentar

“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. …”

Itu tadi kutipan Injil Yohanes yang dibacakan dalam Misa kemarin (02/05/10). Sebuah ayat yang bagi saya sangat berarti, terutama karena itu diucapkan oleh Yesus pada saat menjelang Ia meninggalkan murid-murid-Nya. Tentunya ini sebuah wasiat yang luar biasa penting dan berharga.

Tapi apa yang diucapkan romo dalam homili agak mengagetkan saya dan membuat saya kehilangan konsentrasi sampai misa selesai. Romo tersebut mengatakan kira-kira demikian, “Yesus memberikan sebuah perintah baru, tapi sebenarnya ini bukan perintah baru….”

Bagaimana mungkin Yesus sendiri mengatakan ini perintah baru tapi romo tersebut menyangkalnya?

Akhirnya setelah misa selesai saya mendatangi romo tersebut dan mengutarakan keberatan saya. Kami berbincang-bincang santai kurang lebih 5 menit karena romo harus segera pergi. Maklum tuaian banyak tapi pekerja sedikit. Beliau berjanji untuk ngobrol-ngobrol lagi di lain waktu.

Mengapa homili tersebut begitu mengganggu saya? Dengan mengatakan ‘perintah baru’ sebenarnya Yesus telah mengklaim bahwa apa yang dikatakan-Nya sungguh-sungguh khas berasal dari-Nya, belum pernah dituntut oleh nabi-nabi dan guru-guru lain. Sebaliknya ketika orang menganggap apa yang dikatakan Yesus bukanlah perintah baru maka itu sama saja dengan mengatakan Yesus adalah seorang plagiator, menyatakan suatu perintah yang bukan khas berasal dariNya sebagai perintah yang berasal dariNya. Atau Yesus telah membohongi murid-muridNya sendiri dengan mengatakan ada suatu perintah baru, padahal sesungguhnya tidak ada.

Yesus seorang plagiator? No way!

Alasan romo tersebut sederhana: perintah untuk saling mengasihi sudah sejak lama diajarkan oleh nabi-nabi lain sebelum Yesus.

Tapi bagi saya bukan disini masalahnya. Perintah untuk saling mengasihi memang bukan sesuatu yang baru, bahkan itu adalah bagian dari hukum utama yang menjadi inti dari seluruh hukum Taurat.

Yang sungguh-sungguh baru menurut saya dan menjadikan perkataan Yesus mengenai perintah baru menjadi benar 100% adalah kualitas kasih yang dituntut dari para pengikut-Nya.

Pada hukum utama bunyinya cukup jelas: kasihilah sesamamu seperti engkau mengasihi dirimu sendiri. Disini standar kasih yang menjadi tuntutan pada perintah lama adalah kasih kepada diri sendiri. Jadi dengan kata lain standarnya adalah kasih manusiawi. Ini perintah lama.

Tapi pada perintah baru standarnya diubah setinggi langit: “sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi”

Standar kasih pada perintah baru tidak lagi manusiawi, tapi ilahi. Manusia dituntut untuk mengasihi sesamanya tidak lagi seperti dia mengasihi dirinya sendiri melainkan lebih dari itu, yakni seperti Tuhan sendiri telah mengasihi manusia.

Ini jelas perintah yang sungguh-sungguh baru dan memang belum pernah diberikan oleh nabi atau guru manapun. Dan perintah ini sesungguhnya tidak mungkin diberikan oleh siapapun di muka bumi ini kecuali oleh Yesus sendiri.

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.
Entries dan komentar feeds.